Bicara mengenai kebahagiaan sebenarnya bicara sesuatu yang abstrak, abstrak dalam artian sulit dijelaskan secara logika dan tak bisa digambarkan secra kasat mata. kenapa? karena kebahagiaan sebenarnya yang merasakan adalah jiwa kita dan jiwa adalah suatu yang abstrak coba tanya apakah kita pernah melihat bagaimana bentuk jiwa? apa warnanya? nah kalau tak tahu berarti itu artinya abstrak.
sering orang berkata kenapa hidup aku ni tak bahagia, kenapa tak dikaruniai kebahagiaan, atau kapan aku bisa bahagia. Nah yang menjadi pertanyaan sesunguhnya adalah sebenarnya kebahagiaan itu ada di mana? apakah ada pada orang kaya, orang miskin, lelaki, perempuan, orang tua, anak muda, di gunung, di laut, di darat, di udara atau di mana........?
Aku nak sedikit cerita tentang sebuah kisah yang lama sekali aku dengar. macam mana ceritanya?
Pada suatu waktu tersebutlah seorang penggali batu yang hidupnya sangat sederhana, setiap hari kerjanya hanya menggali batu di gunung. Batu-batu yang dia gali kemudian dia kumpulkan dan di jual kepada seorang cukong dan tentu saja si cukong ni membelinya dengan harga yang sangat murah. Tapi si tukang batu ni tak punya pilihan lain selain menjualnya pada cukong tersebut. Dari hari-kehari pekerjaanya ini dia tekuni dengan sabar meskipun hidupnya serba kekurangan. Hingga suatu masa ketika dia sedang memecah batu pada sebuah bukit batu yang terjal dia merasa sangat kepanasan sekali hari itu. "ini semua adalah kerjaan matahari, wah seandainya aku bisa menjadi matahari tentu aku bisa bahagia dan bisa menghangatkan bumi beserta isinya ini"
Sesaat kemudian di tertidur, tapi ketika dia terbangun dia merasa bahwa dirinya telah menjadi matahari dan dengan bangganya dia menyinari seluruh alam ini bahkan seluruh pegunungan di bumi, tapi ketika dia dengan nyamannya menyinari bumi dia merasa jengkel dan sangat tak bahagia ketika ada yang menghalangi, apa itu? ya sekumpulan awan yang berarak di langit mengganggu ketentraman sang matahari sehingga sang matahari tadi tidak lagi leluasa menyinari dan membuat panas makhluk yang ada di bumi, maka sang matahari jadi-jadian pun berpikir.
"wah kebahagiaan ku belum juga sempurna kalau begini, ternyata masih ada yang menggangu kenyamananku. kalau begini aku belum merasa bahagia, coba aku jadi awan ah alangkah bahagianya"
Tiba-tiba BUZZZ......... matahari jadi-jadianpun berubah menjadi awan, lalu dengan bangganya dia menyelubungi bumi dan menurunkan hujan dengan lebatnya sehingga banyak terjadi banjir di mana-mana serta menghancurkan banyak gedung-gedung dan bangunan yang ada di bumi. Sang awan pun merasa sangat bahagia, tetapi ketika dia melihat gunung batu yang begitu teguhnya berdiri dan tidak sedikitpun terpengaruh dengan hujan yang diturunkannya. "Aduh ni gunung batu alangkah kuatnya hujan yang aku turunkan tidak sanggup membuatnya bergeming sedikitpun, wah kebahagiaankupun menjadi sirna kalau begini rasanya aku lebih bahagia jadi gunung batu"
lalu DUARR........tiba-tiba sang awan berubah menjadi gunung batu yang teguh menjulang tinggi, dan gunung batu itupun merasa bangga dan bahagia sekali bahwa dia merasa begitu kuat, baik matahri maupun awan tak satupun dapat meruntuhkannya. Namun tak berselang lama seorang tukang gali batu datang membawa linggis dan peralatan menggali batu lainnya, kemudian dengan santaianya dia pun mulai menggali batu yang ada di gunung batu tersebut.
"oow aku ketahuan eh salah..aku ada yang mengalahkan ni, masak seorang tukang batu bisa mengalahkan keperkasaan aku. Aku sangat tidak merasa nyaman ternyata seorang tukang batu lebih hebat dari aku. rasanya aku lebih bahagia kalau menjadi tukang batu"
tiba-tiba PLAAAk... sebuah kerikil mengenai seorang tukang batu yang tertidur, eh rupanya gunung batu tersebut adalah impian dari si tukang batu yang sedang tertidur di tepi gunung batu yang sedang dia gali, lalu si tukang batu itu terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa apa yang menimpa dirinya hanyalah sebuah mimpi belaka.
Dari cerita di atas aku cuma mau menunjukkan bahwa sebenarnya kebahagiaan itu ibarat pelangi ketika ia didatangi eh rupanya malah menjauh, ketika kita menjauh kadang-kadang dia mendekat. Kita mungkin bisa bilang alangkah bahagianya menjadi seorang pejabat, tapi mungkin juga seorang pejabat berkata alangkah bahagianya bisa menjadi rakyat biasa. seorang pegawai swasta mungkin berkata alangkah bahagianya menjadi seorang PNS tapi banyak juga PNS yang berkata alangkah bahgaianya menjadi pegawai swasta. Begitu juga dengan yang lainnya.....
AKU MAU SEDIKIT MENGINGATKAN UTAMANYA BAGI DIRI AKU SENDIRI, BAHWA SEBENARNYA KEBAHAGIAAN DATANG DARI HATI KITA SENDIRI. BERUSAHA MAKSIMAL ATAS SETIAP USAHA KITA DAN BERSYUKUR ATAS APA YANG KITA DAPAT ADALAH JALAN YANG TERBAIK UNTUK MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar