Dari hari ke hari, bulan ke kebulan dan tahun ke tahun aku, sebagai seorang rakyat kecil merasakan bahwa perekonomian negara ini belum mengalami perbaikan yang berarti bahkan yang kurasakan sebaliknya. Aku merasa segala biaya kebutuhan sehari-hari boleh dibilang mencekik leher. Mungkin usaha yang kulakukan masih belum maksimal sehinga kondisi yang kurasakan ini kian berlarut, tapi aku sendiri merasa aku sudah cukup berjuang namun hasil yang kudapat memang tak seperti yang kuharapkan, dan ketika aku melihat ke sekeliling ternyata bukan hanya aku saja yang merasakan bahwa kondisi ekonomi negara ini makin terpuruk.
Sebagai contoh coba lihat kenaikan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari dari mulai sembako hingga biaya kesehatan dan pendidikan yang notabene ini adalah kebutuhan mendasar dari tahun ke tahun semakin mengalami kenaikan saja. Sebenarnya kenaikan harga dan biaya hidup itu lumrah karena hampir di seluruh negara di dunia ini pun mengalami hal yang sama, namun persoalannya akan lain jika kenaikan biaya hidup itu tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan sehingga dalam hal ini akibatnya akan seperti kata pepatah "besar pasak daripada tiang" sementara tiang penyangganya itu memang tak pernah diperbaharui dengan tiang yang lebih besar dan dari kehari tiang itupun semakin keropos dan lapuk dimakan usia.
Kembali ke masalah tiang, eh masalah ekonomi sebenarnya permasalahannya banyak sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukungnya yang memang tidak mendukung, ambil contoh: perekonomian akan stabil jika kondisi sosial politik masyarkat stabil, dan kondisi sosial politik akan stabil jika kondisi negara dan ekonominya baik, dalam hal ini ada suatu kesinambungan dari kondisi sosial politik dengan perkembangan ekonomi yang seakan-akan menjadi sebuah lingkran yang saling mempengaruhi satu sama lain. Tetapi dalam ilmu ekonomi "CMIIW" dan ilmu yang lainnya itu selalu saja ada faktor lain yang berpengaruh disamping faktor-faktor yang lumrah seperti disebutkan di atas seperti nilai tukar mata uang, kondisi alam, dan perekonomian global dunia. Tapi dalam hal ini aku hanya memandang dari sudut masyarkat kecil yang memang boleh dibilang "simplicity is my life" yang sering bertanya kenapa kehidupan di negara ini semakin sulit, sementara negara ini cukup besar, SDA cukup banyak, bahkan dengan populasi pendududuk yang besar merupakan sebuah lahan pemasaran yang menggiurkan tapi ternyata kondisi ekonominya jauh terpuruk dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Taruhlah kita coba bandingkan kondisi negara kita ini dengan Thailand, atau negara-negara yang baru bangkit perekonomiannya macam vietnam, wah-wah lagi-lagi kita sudah mulai ketinggalan. Ada apa ini? sebagai contoh sumber daya alam kita ini cukup besar dengan bentang wilayah yang merupakan negara terluas di asia tenggara, tapi coba bandingkan dengan Singapura berapa banyak sih SDA Singapura, Brunei, Malaysia ternyata negeri ini jauh melampaui SDA negara-negara tersebut. Aku sangat miris jika melihat fakta ini sebab seharusnya negara ini harus lebih baik kondisinya dibandingkan dengan kondisi sekarang ini.
Di sini saya tidak ingin sekali-kali menghujat, menyalahkan atau meperkeruh suasana pemikiran kita dengan tuduhan-tuduhan macam: Negara ini terpuruk karena banyak pemimpinnya korup. Karena hasil SDA banyak dicuri oleh kalangan dan individu tertentu, atau negara ini memang terpuruk karena SDMnya yang lemah, atau bahkan karena jumlah penduduk kita yang besarlah yang menyebabkan penataan negara ini lebih sulit dibandingkan dengan negara yang jumlah penduduknya sedikit. Aku tak butuh dan tak perlu pernyataan macam ini, bahkan aku akan bertanya kenapa hal itu bisa terjadi? pasti ada penyebab dan penyebab inilah yang harus kita ketahui dan cari solusi. Misalnya, Seoarang PNS akan korupsi karena memang pendapatnnya kecil atau belum dapat memnuhi kebutuhan hidupnya yang semakin tinggi yang diperparah oleh lemahnya penegakkan hukum oleh aparat yang berwenang, tapi aparat yang berwenangpun menjadi lemah karena mereka sendiri terlibat dalam mental korup itu hal ini menjadi sebuah mata rantai yang sulit untuk dicari solusi karena saling berkaitan ibarat rantai makanan dalam ilmu biologi. Sudah , menjadi kelaziman bagi mayoritas rakyat kecil yang ingin anaknya menjadi pegawai, polisi atau tentara merasa tak akan mungkin bisa masuk meskipun sebenarnya dia mempunyai kapabilitas untuk itu tanpa mempersiapkan uang sogokkan, meski mungkin hal ini ada juga pengecualian tapi dilapangan hal ini adalah suatu fakta yang telah diyakini dan diketahui bersama macam "TST" .
Rumitnya kehidupan ekonomi yang berpengaruh terhadap sosial politik di tingkat bawah membuat aku selalu terngiang kata-kata Seperti yang guru aku ucapkan ketika SD tentang lingkaran setan. Misalnya sebuah keluarga melarat akan cenderung menghasilkan keluarga yang melarat pula kenapa? Keluarga melarat yang punya anak akan sulit bagi anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan dan kesempatan mengenyam kesehatan yang baik dapat berpengaruh kepada kemampuan dan intelegensinya, sehingga kelak dia tak mendapatkan tingkat ekonomi dan pendapatan yang layak yang pada akhirnya akan membawanya kepada kemelaratan juga dan apabila dia berkeluarga dengan kemelaratannya dia akan menghasilkan keturunan yang tak berpendidikan yang layak juga dimana pada nantinya anak keturunan dari keluarga yang dihasilkannya juga akan sult mendapat pendidikan yang layak yang berpengaruh terhadap kehidupan ekonominya dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, akibatnya ketika dia juga mempunya keluraga pada keturunan ketiga dari keluarga melarat ini berketurunan maka keturunanyapun akan cenderung mengalami hal serupa beitulah pada keturnan selanjutnya. Ini adalah fakta yang berlaku di masyarakat pada umumnya. Meskipun pengecualian itu selalu ada. Contohnya seorang anak melarat karena mendapatkan jodoh dari keluarga kaya maka kehidupan keluargnya dan keturunannya akan menjadi lebih dan sudah tentu mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Atau seroang keluarga melarta yang tiba-tiba mendapatkan lotre atau hadiah besar inipun akn mempenagruhi kehidupan dan keturunannya kelak. tapi perlu diingat ada juga dan ada kalanya seorang kuarga yang kaya bisa menghasilkan keluarga atau keturunan yang miskin misalnya karena anaknya menyia-siakan kesempatan yang dimiliki ketika masih muda dan ketika orangtuanya cukup memberikannya pendidikan dia malah menolak untuk sekolah, menolak untuk mencari ilmu dan hanya menghamburkan kekayaan oranmgtuanay saja maka pada akhirnya ada kemungkinan diapun akan terjebak didalam garis kemiskinan. Dan masih banyak contoh lainnya.
Aku sedikit berpendapat untuk mengatasi problematika semacam ini yang harus dilakukan pertama kali adalah mengajak kita sebagi individu dan seluruh keluarga-keluarga Indonesia untuk menanamkan sikap malu pada diri sendiri jika kita mengambil apa yang bukan menjadi hak kita dan memupuk rasa persaudaraan sesama kita serta saling membantu seperti konsep yang ditawarkan oleh Islam dalam hal zakat. Zakat ini jika diimplementasikan dalam kehidupan negara sebenarnya pengaruhnya bisa cukup signifikan dalam memperbaiki keadaan ekonaomi negara ini cuma sayangnya mayoritas bangsa ini enggan dan fobia mengambil dan mengimplementasikan nilai ajaran agama dalam kehidupan formal negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar